Wednesday, June 11, 2014

Serial Street Photography (seri 2): Sisi Positif Orang Endonesa



Orang Indonesia “Berbeda” Dalam Melakukan Hal-Hal Positif
“Only in Indonesia” (foto & teks oleh: Yulius Widi Nugroho)

Street photography, tidak diterjemahkan menjadi “fotografi jalanan”, nama ini bukanlah sebuah genre fotografi, tapi belakangan Street photography tidak hanya berhubungan dengan lokasi (jalanan) saja melainkan mengenai sebuah pendekatan, merupakan salah satu cara untuk mengupas masalah dan penyampaian ide.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita terperangkap di lingkungan orang yang memiliki kebiasaan negatif. Bahkan kebiasaan negatif tersebut menjadi norma dan keajekan, bahkan dalam skala nasional maupun internasional nilai-nilai negatif tersebut telah mengakar dengan kuat. Contoh nyata, ketika kita di jalan, berapa banyak perilaku manusia yang pada hakikatnya menanamkan nilai-nilai negatif tapi karena sudah terbiasa sehingga yang terpikir oleh pemirsa bahwa hal tersebut wajar-wajar saja, dan pada akhirnya nilai-nilai negatif ini mengakar dan mempengaruhi perilaku kita.

Nilai negatif dalam skala kecil bisa di temukan di tempat kerja, sekolah, rumah, bahkan di jalanan. Tapi bagaimanapun, untuk membangun hidup yang lebih baik harus selalu berusaha untuk positif. Kita sama-sama mengetahui bahwa selalu positif itu sulit, tapi jika berusaha mencari solusi agar selalu positif, maka tidak ada yang tidak mungkin.
Termasuk saya, beberapa foto yang saya hasilkan adalah hasil perilaku yang negatif, yaitu nyetir sambil pegang kamera, dan jika ada objek bagus memotretnya sambil jalan.... begitulah

Salam Fotografi

orang endonesa tak bisa dihentikan, butuh lebih dari satu peringatan (surakarta)

orang endonesa bisnisnya jelas, walaupun ilegal (menganti surabaya)

orang endonesa suka lebih tinggi, karena harga tiket tinggi (surakarta)

orang endonesa sangat cepat, 5 menit cair (surabaya)

orang endonesa terkenal sakti (madiun)

orang endonesa sangat efisien dengan jalan pintas (surabaya)

orang endonesa sangat sibuk (jakarta)

orang endonesa hidup berdampingan walaupun berbeda (kediri)

toilet orang endonesa sangat luas, dimana saja (bali)

orang endonesa sangat kreatif (surakarta)

orang endonesa semangat belajarnya sangat tinggi (karanganyar)

orang endonesa suka menghibur orang lain (yogyakarta)

orang endonesa mandiri, tanpa bantuan (surabaya)

orang endonesa punya beban berat tapi masih bisa membantu orang lain (surabaya)

orang endonesa itu aman, walaupun tanpa pengaman (surabaya)

orang endonesa sangat fanatik, tapi okelah ... (madiun)

orang endonesa usahanya kecil tapi jenisnya banyak (surabaya)

orang endonesa punya selera seni yang tinggi, ayam-pun dicat (sukoharjo)
orang endonesa berusaha tanpa mengenal batas (surabaya)

orang endonesa berpikir panjang (surabaya-madura)

Monday, June 9, 2014

Serial Street Photography (seri 1): Budaya Melanggar Rambu Peraturan


Orang Indonesia “Berbeda” Dalam Merespon Rambu-Rambu Peraturan
“Only in Indonesia” (foto dan teks oleh: Yulius Widi Nugroho)

Indonesia adalah negri yang unik, sebab Indonesia merupakan negeri yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, dan agama. Oleh karena itu, budaya yang dimiliki oleh Indonesia pun sangat beragam dan bisa merupakan serapan dari budaya lain, ataupun budaya murni.

Salah satu keunikan di Indonesia adalah, “budaya melanggar peraturan”. Bahkan ada anekdot yang beredar di Indonesaia yang nyeleneh menyebut bahwa, “peraturan dibuat untuk dilanggar”. Peraturan yang dibuat sekecil apapun kerapkali dilanggar dengan alasan yang beragam, contoh melanggar aturan lalulintas, melanggar peraturan di area publik, dsb. Jika dilihat secara sepintas, peraturan-peraturan tersebut terlihat sepele, namun dapat berdampak besar jika dilanggar. Dan sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan pelanggaran-pelanggaran tersebut sebagai budaya. Ya... Budaya.. hehe

Ada petuah dari orang tua ataupun para tokoh masyarakat bahwa orang  yang berhasil sukses adalah orang yang selalu mentaati disiplin dan peraturan. Baik itu peraturan yang dibuat untuk diri sendiri atau peraturan Agama dan Negara. Ingatlah satu negara bisa makmur bila rakyatnya memiliki budaya berdisiplin yang tinggi. Sementara di Indonesia sepertinya Tidak berdisiplin dan melanggar hukum dan peraturan sudah jadi budaya. Seolah-olah peraturan sengaja dibuat untuk dilanggar.
Ada yang berpendapat, "Budaya melanggar ini tidak bisa hilang dari Indonesia. Polisi perlu lakukan pendidikan khusus pada masyarakat. Untuk bukti bahwa polisi bukan boneka yang bisa dipermainkan," kata Hans Ulrich Fuhrke, Konsultan Utama GIZ Sustainable Urban Transport Improvement Project (SUTIP).

Kalau kita benar-benar mau melihat negara ini aman, nyaman indah, makmur, dan sentosa, maka biasakanlah berdisiplin dan mentaati segala hukum dan peraturan, baik itu peraturan yang dibuat negara ataupun peraturan agama, termasuk juga peraturan yang menyangkut ketertiban umum, dll. Termasuk saya, beberapa foto yang saya hasilkan adalah hasil melanggar peraturan, yaitu nyetir sambil pegang kamera, dan jika ada objek bagus memotretnya sambil jalan.... Begitulah

Salam Fotografi

larangan gak jelas, ditanggapi dengan gak jelas (gubeng surabaya)
orang endonesa itu pemberani (stasiun semut surabaya)


yang salah penumpang atau pengemudi ??? (wonokromo surabaya)

memanfaatkan rambu untuk bisnis (sidoarjo jawa timur)


mau berhenti untuk beli helm?? (surabaya)

mempersiapkan dagangan di bawah peraturan (jembatan merah surabaya)

S-P = silahkan parkir (pasar atum surabaya)

orang endonesa itu frontal (pasar atum surabaya)

dan indonesia sebenarnya belum merdeka (kawasan tugu pahlawan surabaya)

tempat parkir yang sempurna (pasar atum surabaya)

orang endonesa suka bahaya (parang tritis yogyakarta)

merah berarti berani.. merdeka!!! (kapasan surabaya)

tidak boleh parkir, tapi boleh mendirikan tenda (pasar genteng surabaya)

parkir spesial (pasar klewer surakarta)

Wednesday, June 4, 2014

...ngudi gambar sungging (fotografi)...

...ngudi gambar sungging (fotografi), kanthi ngelmu kang nyata, karya reseping ati...
 dening: Ki Yulius Widi Nugroho